Diki Wah Yu Yudi
Sabtu, 16 Juni 2012
Diki Wah Yu Yudi: HasilPertanianTanaman Makanan
Diki Wah Yu Yudi: HasilPertanianTanaman Makanan: I. PENDAHULUAN Pangan menjadi kebutuhan primer manusia yang tidak mengenal batasan, baik waktu, ruang maupun tingkatan sosial.Se...
HasilPertanianTanaman Makanan
I. PENDAHULUAN
Pangan menjadi kebutuhan
primer manusia yang tidak mengenal batasan, baik waktu, ruang maupun tingkatan
sosial.Sejak manusia hidup pangan selalu menjadi kebutuhan mendasar manusia
yang tidak bisa ditawar.Demikian juga dengan strata kehidupan manusia dari
kalangan atas, menengah atau bawah tidak ada yang tidak membutuhkan pangan.Yang
membedakan hanya permasalahan selera dan kebiasaan makan. Dengan kata lain
pembicaraan tentang pangan tidak mengenal istilah out of date
(usang) atau akan selalu up to date (dibutuhkan), mengingat
berkaitan dengankebutuhan pokok dan kesehatan manusia.Dengan demikian
mempelajari ilmu yangberkaitan dengan pangan akan selalu menarik, bermanfaat
dan sangat dibutuhkan baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi masyarakat
luas.
Secara umum, bahan hasil
pertaniansetelah dipanen atau ditangkap atau disembelih akan mudah mengalami
kerusakan sehingga terjadi penurunan mutu. Kerusakan-kerusakan yang terjadi
dapat berupa kerusakan sis, mekanis, biologis, dan khemis sehingga dapat
berpengaruh erhadap mutu bahan atau produk dan keamanan pangan.Untuk menjaga
kualitas bahan pangan dan produknya maka bahan pangan tersebut perlu dilakukan
penanganan dan pengolahan dari mulai pemanenan atau penangkapan atau
penyembelihan sampai menjadi produk yang baik. Dengan demikian
pengetahuantentang sifat bahan hasil pertanian, dasardasar proses pengolahan
pengemasan produk sampai pemasaran perlu dipahami dengan baik.
Demi kebutuhan pengembangan
dibidang pangan, mutlak diperlukan sentuhan teknologi beriringan dengan
perkembangandi bidang-bidang lainnya. Teknologi pangan merupakanteknologi yang
digunakan dalam proses pengolahan pangan, mulai dari penanganan pascapanen,
mengolah atau mentransformasi, mengemas,mengendalikan proses pengolahan,
danmenangani bahan baku (raw material),produk dan limbahnya. Untuk
mempelajari teknologi pangan seseorang hendaknya memahami tentang :
·
Kimia
Pangan, yaitu pengetahuan tentang komposisi bahan pangan,struktur dan sifat
bahan pangan,termasuk pula pengetahuan tentangKimia Organik dan Biokimia.
·
Mikrobiologi
pangan, yaitupengetahuan tentang hubungan antara tempat tumbuh mikroorganisme
dalam bahan pangan, faktor-faktor yangmempengaruhi pertumbuhanmikroorganisme
dalam bahan pangan,kerusakan-kerusakan mikrobiologi padabahan pangan, kesehatan
masyarakat dan sanitasi.
·
Teknologi
Pengolahan Pangan (FoodProcessing), yang mencakupkarakteristik bahan
baku (raw material),proses pemanenan dan pascapanen,penerimaan bahan
baku, pengawetanbahan pangan, faktor-faktor yangberpengaruh pada tingkat
penerimaankonsumen, pengemasan, penanganan limbah, dan sanitasi.
Sebagaimana diketahui,
pangan merupakan kebutuhan primer/utama untuk melangsungkan hidup bagi manusia
maupunmahkluk hidup lainnya. Tanpa pangan ataupun kekurangan pangan maka kita akanmati.
Menurut Potter (1986), hampir dua jutaorang kekurangan pangan dan hampir10.000 orang/hari
meninggal dunia karena kekurangan pangan atau kekurangan protein (desiensi
protein) atau kekurangan jenis mineral tertentu (spesic nutrientsdesiency).
Akibat kekurangan nutrisi
yang sangatmencolok (ekstrim), kekurangan protein padaanak anak dapat
menyebabkankwashiorkor, dan bila kekurangan proteinterjadi dalam jangka
waktu lama maka akanberlanjut menjadi marasmus.
Untuk menghindari kekurangan
protein dapat diatasi dengan memberikan susu formula (seperti susu bubuk),
namundiperlukan biaya yang mahal. Cara lainadalah dengan memberikan tepung
ikanyang berasal dari jenis ikan yang murahdan mudah diperoleh.
Dengan mempelajari Teknologi
Pangan maka dapat dihasilkan produk pangan yang memiliki kualitas baik, nutrisi
relatif tidak banyak berubah dan dapatditerima oleh konsumen. Sebagai contohproduk
pangan yang diolah dengan teknologiyaitu tempe, tauco, misodannatto. Produk-produktersebut
merupakan hasil fermentasikedeledengan bantuan mikrobasehinggakualitasnutrisinya
jauh lebih baikdibandingkan dengan bahan bakunya(kedele). Contoh lain hasil
fermentasi susuadalah ker, yoghurt, keju, dan dadih. Produk olahan pangan yang
diolah tanpa ermentasi, misalnya: manisan buah, keripik,bakso, nugget, mie,
roti, pastry, cookies,saus dan lain-lain. Sebelum melakukanproses pengolahan bahan
pangan menjadiproduk setengah jadi maupun produk jadi,maka perlu dipahami lebih
dahulu sifatatau karakteristik dari bahan yang akandiolah. Bahan-bahan yang
dimaksud dapat berupa: buah -buahan, sayuran, serealia, seafood atau ikan air
tawar, susu, daging, telur, atau hasil ternak lainnya dan bahan-bahan pangan
lainnya. Pengetahuan bahan menjadi penting mengingat bahan tersebutiatas mudah
mengalami kerusakan. Sebagai contoh; buah dan sayuran cepat usak karena setelah
dipanen bahan-bahan tadi masih mengalami respirasi atau pernafasan menghasilkan
H2O atau uap air dan CO2Akibatnya bahan menjadi layu karena kekurangan air di
dalam bahan, sedangkan uap air yang dihasilkan menyebabkan kelembaban pada
bagian permukaan menjadi tinggi. Kelembaban yang meningkat akan menyebabkan
beberapa mikroba tumbuh dan lama kelamaan buah atau sayuran menjadi busuk. Sususegar
memiliki kandungan/kadar protein, kadar air yang tinggi, kadar lemak juga relatif
tinggi serta mengandung beberapa vitamin dan mineral. Karena kandungan nutrisi
susu segar yang begitu lengkap, maka susu tersebut sangat disukai oleh bakteri
pembusuk. Akibatnya sususegar yang dibiarkan terbuka pada suhu kamar akan
mengalami kerusakan oleh bakteri pembusuk. Hal yang sama juga terjadi pada
daging segar, hasil perikanan seperti: ikan, udang, cumi dll. Denganmengetahui
sifat bahan, maka upaya menghambat kerusakan bahan sebelum diolah lebih lanjut
dapat dilakukan dengantepat.Disamping itu dengan mengetahui sifat bahan maka
dapat diperkirakan alternatif jenis produk olahannya.
Disamping pemahaman tentang
sifat bahan, perlu juga dipahami dasar-dasarproses pengolahan dan cara produksi
yang baik atau Good Manufacturing Practice (GMP). Dasar proses meliputi:
pengecilan ukuran, ekstraksi, pengeringan, pendinginan dan pembekuan
(pengawetan dengan suhu rendah), pengawetan dengan suhu tinggi, pencampuran,
fermentasi, penggaraman, penggulaan, dan penggunaan bahan tambahan makanan
(BTM). Denganmemahami dasar-dasar proses maka kegagalan dalam proses pengolahan
dapat diantisipasi. Sebagai contoh pengawetan dengan suhu tinggi pada
sterilisasi komersial untuk produk yang dikalengkan (misal kornet atau sarden),
jika suhu dan lama pemanasan tidak mencukupi untuk membunuh bakteri Clostridium
botulinum, maka pada saat konsumen mengkonsumsi kornet/sarden tersebut akan
mengalami keracunan dan akibat yang fatal bias menimbulkan kematian. Contoh
kejadian akibat keracunan bakteri Clostridium botulinum pernah terjadi pada
tahun 1963 untuk produk ikan asap dan pada tahun 1971 pada produk sup dalam
kaleng.
Contoh lain terjadinya
kejadian luarbiasa tahun 2006 di California, dimana banyak konsumen menderita sakit perut bahkan ada yang
meninggal dunia karena meng-konsumsi bayam. Mereka mengkonsumsi bayam mentah
untuk salad.Setelah ditelusur (trace ability), ternyatabayam mentah tadi
mengandung bakteri E.coli O157:H7. Bakteri ini merupakan bakteri penyebab sakit
perut. Bakteri tersebut berasal dari lahan budidaya bayam, yang dipupuk dengan
kotoran sapi yang mengandung bakteri E.coli O157:H7. Dari contoh tersebut
,tampak bahwa penanganan raw material maupun proses pengolahan akan
mempengaruhi keamanan suatu produk.
Akhir-akhir ini di Indonesia juga marak dengan penyalahgunaan
BTM. Sebagai contoh: ditengarai bahwa tahu mengandung formalin, bakso
mengandung formalin dan boraks pewarna pada produk minuman dan makanan
menggunakan pewarna tekstil. Formalin, boraks dan pewarna tekstil tidak
diijinkan digunakan dalam produk makananan minuman, karena bahan-bahan tersebut
dapat terakumulasi (tertimbun/terkumpul) dalam tubuh sehingga memicu terjadinya
kanker. Oleh karena itu penggunaan BTM harus sesuai dengan jenis dan
konsentrasi yang diijinkan.
Pengemasan dan penyimpanan produk
makanan juga menjadi sesuatu hal yang penting. Meskipun penanganan sudah bagus,
proses pengolahan sesuai prosedur sehingga diperoleh produk dengan kualitas bagus,
namun bila tidak dikemas dan tidak disimpan dengan baik maka produk tersebut akan
cepat mengalami kerusakan.
Limbah hasil pengolahan
makanan adakalanya dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat, contohnya
natade coco yang dibuat dari air kelapa, oncom dan tempe gembus dibuat dari
ampas tahu tetes tebu untuk bahan baku bumbu masak dan lain-lain. Limbah hasil pengolahan
juga dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.Oleh karena itu
pengetahuan dan praktik penanganan limbah diperlukan dalam teknologi pangan.
2.1 Pendahuluan
Hasil pertanian khususnya
pangan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk kebutuhan hidupnya.Secara umum
hasil pertanian tersebut di kelompokkan ke dalam kelompok besar yang biasanya didasarkan
atas kesamaan sifat dan kegunaan seperti kelompok bahan nabati dan kelompok
bahan hewani. Bahan nabati merupakan bahan yang diperoleh dan berasal dari
tumbuhan misalnya padi, jagung, buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, sedangkan
bahan hewani diperoleh dari hewan, bagian-bagian dari hewan atau yang
diproduksi oleh hewan tersebut, misalnya: daging, susu, telur, ikan.
Berdasarkan tempat
kehidupannya, komoditas-komoditas tersebut diatas dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok yaitu darat dan perairan.Sebagian besar komoditas yangdisebutkan
diatas hidup di daratan.Beberapa komoditas yang hidup di perairan cukup banyak
yang dapat dimanfaatkan sebagai komoditas pangan seperti berbagai jenis ikan
dan rumput laut.Pada dasarnya masih banyakkomoditas hasil perairan lainnya
yangdapat dieksplorasi untuk dimanfaatkan dalam bidang pangan seperti
algae,terumbu karang dan sebagainya.
Tren perkembangan bidang
pangan maju sangat pesat.Saat ini sudah banyak dijumpai bahan pangan yang dikenal
sebagai pangan fungsional, bahan pangan prebiotik, probiotik, simbiotik, dan
bahan pangan hasil rekayasa genetik (Genetically modied Food).Jenis-jenis
pangan tersebut mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kegunaan yang
tertentu pula.Regulasi terhadap bahan-bahan pangan tersebutpun diatur untuk
menjamin keamanan pangan bagi konsumen.
Berbagai jenis bahan hasil
pertanian pangan mempunyai karakteristik yang sangat beragam.Karakteristik-karakteristik
tersebut seperti sifat sis, morfologis, siologis, dan berbagai senyawaan penting
yang terkandung didalamnya dan sifat-sifat alami lainnya sangat penting
dipahami untuk digunakan sebagai pedoman atau pertimbangan pada proses
penanganan dan pengolahan lebih lanjut. Dengan mengetahui karakteristik bahan
pangan diharapkan proses penanganan dan pengolahan lebih lanjut lebih tepat dan
sesuai.
2.2 Buah-buahan
Indonesia merupakan negara
tropis yang dianugerahi oleh Allah SWT bermacam- macam jenis buah-buahan seperti
mangga, nanas, pisang, durian, salak dan sebagainya.Buah-buahan sangat penting
sebagai sumber vitamin dan serat kasar.Vitamin sangat penting bagi kesehatan
tubuh, demikian juga dengan serat kasar yang sangat bermanfaat untuk
melancarkan pencernaan.
2.2.1 Pengertian Buah
Buah secara umum adalah
bagian dari tanaman yang merupakan tempat biji.Buah juga dapat diartikan
sebagai bagian tanaman yang merupakan hasil perkawinan putik dengan benangsari.Dalam
konsumsi sehari-hari, buah sering diartikan sebagai ”pencuci mulut” (dessert),
mengingat kebiasaan masyarakat mengkonsumsi buah setelah selesai makan.
Seringkali terdapat
kerancuan dalam mengklasikasikan antara buah dan sayuran yang secara sik
berbentuk seperti buah misalnya tomat, ketimun, gambas, labu, terong, cabe,
nangka muda, dan keluwih.Secara prinsip keduanya termasuk ke dalam tanaman hortikultura.Perbedaan
yang jelas antara tanaman buah-buahan dengan tanaman sayuran terletak pada umur
tanamannya.Tanaman buah-buahan pada umumnya mempunyai umur yang relatif panjang
bila dibandingkan dengan umur tanaman sayuran. Biasanya tanaman buah-buahan
mempunyai umur lebih dari satu tahun, bahkan beberapa jenis buahbuahan ada yang
berumur sampai puluhan tahun.
2.2.2 Jenis-jenis Buah
Jenis
buah-buahan yang dapat kita jumpai di negeri kita meliputi rambutan, duku, durian,
pisang, papaya, nangka, semangka, jeruk, manggis, mangga, sirsak, cempedak,
nanas, jambu, sawo, apel, anggur, jambu biji, dan sebagainya. Contoh dan bentuk
buah-buah tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.
Jika
kita perhatikan jenis buah-buahan, meskipun dari satu jenis buahmisalnya
mangga, terdapat jenis-jenis mangga yang masing-masing mempunyai karakteristik
khas misalnya mangga harum manis, indramayu, manalagi, gadung, kweni, golek dan
sebagainya.
Karakteristik
atau sifat khas dari masing-masing mangga tersebut berbeda. Mangga harum manis
misalnya, penampakan luar atau bentuk buah
secara umum lonjong dengan ukuran sedang sampai besar, warna kulit buah hijau
dan pada bagian pangkalnya sedikit kekuningan. Jika sudah masak mempunyai aroma
yang harum (wangi), rasanya sangat manis,
daging buahnya berwarna oranye manisan mangga dan sari buah mangga, dibutuhkan
karakteristik buah mangga yang berbeda. Manisan mangga membutuhkan manga mentah
sampai mengkal.Buah manga yangsudah masak tidak cocok untuk jenis pengolahan
ini.Sebaliknya untuk sari buah dibutuhkan mangga dengan kematangan penuh
sehingga menghasilkan aroma dan cita rasa yang optimal.
Contoh lain lagi misalnya
pisang. Terdapat berbagai jenis pisang yaitu ambon, raja, tanduk, kapas, sereh,
emas, kepok, pisang nangka, muli dan sebagainya. Pisang ambon jenisnya juga
bermacam-macam, ada ambon lumut dan ambon putih. Pisang kapok mempunyai jenis
kepok putih dan kapok kuning. Seperti halnya mangga, masingmasing jenis pisang
tersebut juga mempunyai karakteristik yang berbeda pula.Pisang ambon lumut
mempunyai bentuk panjang sedikit lebih ramping disbanding ambon putih. Warna
kulit buah hijau sedangkan ambon putih seringkali berwarna kekuningan.
Buah dengan segala jenisnya
tersebut menambah khasanah kekayaan buah-buahan di Indonesia.Saat ini juga
bermunculan jenis-jenis buah yang sebelumnya sulit dijumpai di negeri kita,
misalnya buah naga.Buah naga mempunyai bentuk yang unik menyerupai kepala ular
naga, daging buahnya ada noktah-nohtah kehitaman. Buah ini berasa manis sedang.
Beberapa masyarakat meyakini buah ini berkhasiat untuk kesehatan.Sampai saat
ini pemanfaatan jenis buah ini baru terbatas sebagai buah meja, belum diolah
menjad produk.Prol buah naga dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Contoh berbagai jenis
buah-buahan(www.iptek.net.id)

Gambar 2.2. Prol buah naga (Dragon
fruit, asianleng.blogspot.com)
Kekayaan akan jenis-jenis buah sudah sepatutnya kita syukuri, dan
menjadi kewajiban kita bersama untuk memelihara dan menjaga kelestarian-nya.
Berdasarkan iklim tempat tumbuhnya, buah-buahan dapat digolongkan dalam dua
golongan:
a.
Buah-buahan
iklim panas atau tropis
b.
Buah-buahan
iklim sedang atau sub-tropis
Buah-buahan iklim panas atau
tropis yaitu buah-buahan yang tumbuh di daerah yang mempunyai suhu udara sekitar
250C atau lebih, sedangkan buahbuahaniklim sub-tropis adalah
buahbuahan yang tumbuh didaerah yang mempunyai suhu udara maksimum 220C.
Buah-buahan
yang tumbuh didaerah panas atau tropis contohnya nenas, pisang, pepaya,
adpokat, mangga, rambutan, duren dan sebagainya, sedangkan yang tumbuh di
daerah iklim sedang dan sub-tropis contohnya : anggur, apel, jeruk, arbei dan
sebagainya.
2.2.4 Komposisi Buah-buahan
Komponen
buah-buahan yang sangat penting dalam menyumbangkan gizi dalam menu makanan
kita terutama adalah vitamin.Vitamin yang terkandung dalam berbagai jenis buah
juga berbeda, baik jenis maupun jumlahnya.Selain vitamin, buah-buahan juga
mengandung komponen gizi lainnya seperti protein, lemak, karbohidrat, dan air.
Secara
umum kandungan protein dan lemak pada buah-buahan relative rendah, kecuali
buah-buah tertentu misalnya adpokat yang mempunyai kadar lemak cukup tinggi,
sedangkan kandungan airnya cukup tinggi sehingga komponen air ini yang terutama
memberikan efek segar pada saat dikonsumsi.
Komposisi
berbagai jenis gizitersebut untuk setiap macam buahbuahan berbeda-beda
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim
tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu
panen, kondisi selama pemeraman serta kondisi penyimpanan. Komposisi berbagai
jenis buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
![]() |
2.2.5 Fisiologi Buah
Fisiologi
buah-buahan sangat penting diketahui untuk tujuan penanganan dan pengolahan.
Fisiologi buah-buahan berkaitan dengan aspekaspek: proses pertumbuhan dan
respirasi seperti pematangan, kelayuan (senescene), klimaterik, dan peran
etilen pada proses pematangan buah.
Prosespertumbuhan dan respirasi
Tahap-tahap proses
pertumbuhan buah pada umumnya meliputi pembelahan sel, pendewasaan sel (maturation),
pematangan (ripening), kelayuan (senescene) dan pembusukan (deterioration).

Proses pembelahan sel
Perbedaan
buah yang tua (mature) dan yang matang (ripe) adalah buah yang tua keadaan
sel-sel buah telah dewasa,sedang buah yang matang warna, cita rasa, dan
kekerasanya telah berkembang sampai tingkat maksimum. Buah yang tua (mature)
biasa disebutdengan ranum.
Respirasi
Respirasi merupakan proses
utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup, seperti halnya buah.
Proses respirasi pada buah sangat bermafaat untuk melangsungkan proses kehidupannya.
Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih berada di pohon,
akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses
respirasi. Respirasi adalah proses biologis. Dalam proses ini oksigen diserap
untuk digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti
oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air. Contoh reaksi yang
terjadi pada proses respirasi sebagai berikut :
C6H12O + 602
6CO2 + 6H2O
+ Energi

Pada gambar berikut tersaji kurva hubungan antara proses
pertumbuhan buah dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan selama respirasi.

Gambar 2.3. Skema (kurva)
hubungan antara proses pertumbuhan dengan jumlah COyang dikeluarkan (Syarief
H., dkk. , 1977)
Pada gambar tersebut terlihatbahwa jumlah CO2 yang dikeluarkan
akan terus menurun, kemudian pada saat mendekati ”senescene” produksi CO2
kembali meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Buah-buahan yang melakukan
respirasi semacam itu disebut buah klimaterik, sedangkan buah-buahan yang
jumlah CO2 yang dihasilkannya terus menurun secara perlahan sampaipada saat
senescene disebut buah nonklimaterik
Klimaterik dan Nonklimaterik
Klimaterik
dapat diartikan sebagai keadaan buah yang stimulasi menuju kematangannya
terjadi secara ”auto” (auto stimulation). Proses tersebut juga disertai dengan
adanya peningkatan proses respirasi. Klimaterik juga merupakan suatu periode
mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu.Selama proses ini terjadi
serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan pembentukan etilen, yaitu
suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas.
Buah-buahan
yang tergolong ke dalam buah-buah klimaterik adalah :pisang, mangga, pepaya,
adpokat, tomat, sawo, apel dan sebagainya. Sebaliknya buah-buahan yang tidak
mempunyai pola seperti buah klimaterik diklasikasikan sebagai buah
nonklimaterik.Contoh buah-buahan yang tergolong ke dalam kelompok buah
nonklimaterik ialah semangka, jeruk, nenas, anggur, ketimun dan sebagainya.Prol
buah yang tergolong ke dalam buah klimaterik dan non klimaterik dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 2.4.
Prol buah klimaterik (marketing.sragenkab.go.id)

Gambar 2.5.
Prol buah non klimaterik (www.freefoto.com)
Pematangan
Proses pematangan buah
sangat menarik untuk dipelajari. Perubahan yang secara umun mudah diamati
adalah berubahnya warna kulit yang tadinya hijau menjadi kuning, buah yang
tadinya bercita rasa asam menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi
empuk (lunak), serta timbulnya aroma khas karena terbentuknya senyawa-senyawa
volatil atau senyawa-senyawa yangmudah menguap.
Proses pematangan diartikan
sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses
yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis enzim-enzim yang spesik yang di
antaranya digunakan dalam proses kelayuan.
Kelayuan (senescence)
Secara alami, setelah buah
mengalami pematangan segera akanmenuju ke proses berikutnya yaitu kelayuan.
Akan tetapi seringkali proses kelayuan ini tanpa diawali dengan proses
pematangan, kejadian ini terjadi pada buah-buahan yang mengalami kerusakan,
misalnya terjadinya memar, luka dan sebagainya.
Terjadinya
kelayuan pada buah ini mudah diamati yaitu ditandai dengan kulit buah menjadi
berkerut sebagai akibat berkurangnya kadar air di dalam buah.
Peranan etilen pada
proses
pematangan buah-buahan
Etilen
dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu-waktu tertentu. Etilen
juga merupakan suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai
hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormon karena memenuhi
kriteria sebagai hormon tanaman yaitu bersifat mobil (mudah bergerak) dalam
jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik.
Etilen dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Senyawa
ini disamping dapat memulai proses klimaterik, juga dapat mempercepat
terjadinya klimaterik.
2.3 Sayuran
Sayuran merupakan kelompok komoditas pangan yang
pada umumnya sangat banyak dikonsumsi
oleh masyarakat, baik sebagai sayuran mentah (lalapan) ataupun dengan cara
dimasak terlebih dahulu. Mengonsumsi sayuran memberi sumbangan terutama vitamin
A dan C, serta serat yang sangat penting bagi tubuh.
Sayuran diklasifikasikan sebagai tanaman hortikultura. Umur panen sayuran pada umumnya relatif pendek (kurang dari satu tahun) dan secara umum bukan merupakan tanaman musiman, artinya hampir semua jenis sayuran dapat dijumpai sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Karakteristik ini
sedikit berbeda dengan beberapa jenis
buahbuahan seperti mangga, durian dan
sebagainya yang hanya dijumpai pada musim-musim tertentu satu kali dalam
satu
tahun.
Jenis-jenis sayuran yang sering dengan mudah dijumpai, baik di pasarpasar
tradisional maupun di pasar swalayan meliputi: wortel, tomat, sawi hijau dan
putih, kangkung, buncis, bayam, seledri, daun bawang, labu siam, selada, terong,
kentang dan sebagainya.
2.3.1 Pengelompokan
Sayuran
Sayuran dapat dikelompokkan kedalam dua hal yaitu berdasarkan (1) bagian dari tanaman dan (2) berdasarkan iklim
tempat tumbuh.
Berdasarkan bagian dari
tanaman
Berbagai-bagian dari tanaman misalnya akar, umbi,
batang, daun, buah, bunga, biji dan
sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran konsumsi, antara lain wortel,
kentang, yang diambil dari bagian umbinya, kangkung, bayam, selada, sawi yang
diambil dari bagian daun, asparagus, rebung dari bagian batang yang masih muda,
tomat, cabe, labu siam, terong dari bagian buahnya, kacang merah, kacang hijau
dari bagian buah bijinya. Pengelompokkan sayuran berdasarkan bagian dari
tanaman tersaji pada tabel berikut.
Tabel
2.2. Pengelompokan sayuran berdasarkan bagian dari tanama
Pengelompokan
|
Contoh
|
Sayuran daun
|
Kangkung Bayam, Sawi
hijau Selada, Daun katuk, Daun pepaya, Daun singkong
|
Sayuran buah Polong-polongan
Biji-bijian
Buah-buahanBuah-buahan
berbiji
Banyak Buah-buahan
dari tanaman merambat
|
Buncis, kacang, merah,
kacang panjang Jagung Sukun, nangka muda, keluwih Tomat, cabe, terong Gambas, labu,paria,
mentimun, kecipir
|
Sayuran Umbi- umbian
Akar (root)
Umbi akar (tuber)
Umbi bunga (bulb)
|
Ubi jalar Kentang,
bit
Bawang merah,
bawang putih
|
Sayuran Batang
(muda)
|
Asaparagus,
rebung
|
Sayuran bunga
|
Bunga kol
(cauliÀower),
bunga turi, ”honje”, brokoli
|
Sayuran tangkai daun
(petiole=stalk)
|
Seledri, daun awang
|
Sayuran
kecambah(germ)
|
Taoge kacang hijau,
taoge kedele
|
Jamur
|
Jamur merang, jamur
tiram, jamur
kuping, jamur barat
|
Profil sayuran-sayuran
tersebut dapat dilihat
pada
gambar 2.6.

Gambar
2.6. Pro¿l sayur-sayuran (linnaeus.nrm.se)
Berdasar Iklim tempat
tumbuh
Pengelompokkan ini didasarkan pada iklim dimana
sayuran dapat tumbuh dengan baik yaitu:
a. Sayuran
yang tumbuh di daerah iklim panas atau tropis, yaitu daerah yang mempunyai suhu
udara sekitar 25 0C atau lebih. Contoh dari sayuran ini : daun
pepaya, patai, jengkol, cabe, terong, kangkung, buncis, daun salam, sereh, ubi
jalar, kunyit, jahe, daun singkong
b. Sayuran
yang tumbuh di daerah iklim sedang dan sub-tropis yaitu daerah yang mempunyai
suhu udara maksimum 22 0C.
Contoh
dari sayuran ini : wortel, kobis (kol), brokoli, kentang, seledri, jamur, bakung,
selada dan sebagainya. Pengelompokan sayuran saat ini berkembang dengan
munculnya istilah sayuran organik. Sayuran organik merupakan sayuran hasil budidaya
secara organik artinya bahan-bahan yang digunakan untuk sarana pertumbuhan seperti
pupuk, pengendali hama dan lainlain menggunakan bahan alami. Jenis sayuran ini
akhir-akhir ini sangat diminati konsumen mengingat semakin tingginya kesadaran
akan konsumsi sayuran yang terhindar dari bahan-bahan kimia sintetis seperti
pestisida sintetis, dan pupuk kimia.
Disamping sayuran organik, saat ini juga marak
beredar kelompok sayuran yang dikenal sebagi sayuran transgenik. Misalnya
kentang transgenik, kedelai transgenik dan sebagainya. Tanaman jenis ini
merupakan produk rekayasa genetik yang secara umum dikenal sebagai GMO
(Genetically Modi¿ed Organism). GMO adalah organisme (dalam hal ini lebih
ditekankan kepada tanaman dan hewan) yang telah mengalami modi¿kasi genome
(rangkaian gen dalam khromosome) sebagai akibat ditransformasikannya satu atau
lebih gen asing yang berasal dari organisme lain (dari species yang sama sampai
divisio yang berbeda). Gen yang ditransformasikan diharapkan dapat mengeluarkan
atau mengekspresikan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.
2.3.2 Kandungan Gizi
Sayuran
Kandungan gizi setiap sayuran berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat
tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan saat
pemanenan, dan kondisi penyimpanan.
Kandungan Air
Pada umumnya sayur-sayuran mempunyai kadar air yang
tinggi yaitu sekitar 70-95%, sehingga apabila tidak disimpan pada kondisi
dingin, kondisi ini memicu terjadinya kerusakan yang berupa kelayuan secara
cepat akibat menguapnya sebagian air yang terkandung sayuran melalui proses
respirasi. Dengan demikian untuk mempertahankan kesegaran sayuran, biasanya
pedagang di pasar tradisional seringkali memercikan air ke sayuran yang diperjualbelikan
untuk mencegah layu. Sedangkan di pasar-pasar swalayan (supermarket)
penyimpanan sayuran sudah ditempatkan pada rak-rak yang kondisi suhunya terjaga
disesuaikan dengan kondisi penyimpanan sayuran, sehingga sayuran lebih tahan
kesegarannya.
Karbohidrat
Secara umum karbohidrat di dalam sayur-sayuran
sebagian besar terdapat dalam bentuk selulosa yang tidak dapat dicerna oleh
tubuh manusia. Dengan kondisi ini sayuran dimanfaatkan sebagai komoditas yang
baik untuk melancarkan pencernaan oleh selulosa yang dikandungnya. Selain dalam
bentuk selulosa, karbohidrat dalam sayuran juga terdapat dalam bentuk pati dan
gula. Contoh sayuran dengan kadar pati tinggi yaitu jagung, kentang, buncis dan
bijibijian lainnya. Sedangkan contoh sayuran yang berkadar gula tinggi adalah
jagung manis
Kandungan pati pada sayuran bervariasi tergantung
pada umur sayuran tersebut. Pada jenis sayuran yang sama pemanenan pada usia
sayuran masih muda biasanya kandungan patinya lebih rendah dibandingkan
pemanenan lebih tua. Seringkali selama penyimpanan pati yang terkandung dalam
sayuran akan berubah menjadi gula. Perubahan menjadi gula biasanya dalam bentuk
glukosa, fruktosa dan sukrosa. Sukrosa merupakan disakarida, maka oleh adanya
enzim invertase gula ini dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Glukosa dan fruktosa hasil pemecahan dari sukrosa oleh adanya enzim invertase
disebut gula invert. Proporsi glukosa dan fruktosa hasil pemecahan mempunyai
perbandingan 1:1.
Jika pati dalam sayuran selama penyimpanan akan
berubah menjadi gula, sebaliknya sayuran yang berkadar gula tinggi seperti
dicontohkan di atas yaitu jagung manis, selama penyimpanan pada suhu kamar gula
tersebut dapat berubah menjadi pati. Sehingga seringkali jagung manis setelah
beberapa hari penyimpanan sudah tidak berasa manis lagi.
Kandungan gizi beberapa jenis sayuran dapat dilihat
pada tabel berikut.

Vitamin dan Mineral
Secara
umum sayur-sayuran sangat baik sebagai sumber vitamin dan mineral bagi menu
makanan kita, mengingat sebagian besar sayur-sayuran kaya akan vitamin,
terutama vitamin A dan C. Sayuran yang banyak mengandung vitamin A contohnya
wortel, sedangkan sayuran yang banyak mengandung vitamin C misalnya tomat.
Jenis vitamin lain yang dikandung sayuran adalah vitamin B1 (thiamin) dan
mineral seperti kalsium (Ca) dan besi (Fe). Kandungan vitamin dan mineral
beberapa sayuran dapat dilihat pada tabel berikut.
Vitamin
mempunyai karakteristik tidak stabil atau mudah mengalami perubahan. Vitamin C
misalnya mudah teroksidasi atau mudah rusak oleh pengaruh cahaya dan suhu
tinggi. Perubahan vitamin C dalam bentuk persentase kehilangan vitamin C oleh
pengaruh suhu dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.5.
Kehilangan vitamin C dalam sayuran pada penyimpanan
Jenis
sayuran
|
Kondisi penyimpanan
|
||
Hari
|
Suhu (°C)
|
Kehilangan (%)
|
|
Asparagus
|
1/7
|
1/2
|
5/50
|
Brokoli
|
1/4
|
7/7
|
20/35
|
Buncis
|
1/4
|
7/7
|
10/20
|
Bayam
|
2/3
|
0/1
|
5/5
|
*) Harris, Von
Loesecke (1960) dalam Tien dkk (1992)
Vitamin C (asam askorbat) biasanya berada dalam
bentuk tereduksi dan teroksidasi sebagai asam dehidroaskorbat secara
bersama-sama. Dalam kondisi basa dan pH netral, asam dehidroaskorbat mengalami
hidrolisa membentuk asam diketogulonat. Bentuk asam diketogulonat tidak
mempunyai aktivitas sebagai vitamin C, dan bahan akan berwarna coklat akibat
reaksi Maillard.
2.4
Daging
Daging dapat dideskripsikan sebagai sekumpulan otot
yang melekat pada kerangka. Daging juga dapat didefenisikan sebagai otot tubuh
hewan atau manusia termasuk tenunan pengikatnya (Syarif dan Dradjat, 1977).
Bagian-bagian lain dari tubuh hewan seperti hati, ginjal, otak, dan
jaringanjaringan otot lainnya yang dapat dimakan masih tergolong dalam
pengertian daging. Beberapa jenis hewan yang secara umum dikenal sebagai
penghasil daging konsumsi meliputi : sapi, kerbau, kambing, domba, unggas, dan
babi. Hewan-hewan lainnya seperti kelinci, kuda, kalkun dan lain-lain juga
sering dimanfaatkan untuk diambil dagingnya.
2.4.1 Nilai Gizi Daging
Daging secara umum sangat baik sebagai sumber asam
amino esensial, dan mineral-mineral tertentu. Vitamin dan asam-asam lemak
esensial tertentu juga terkandung dalam daging. Pada bagianbagian tertentu dari
daging seperti hati dikenal sebagai sumber vitamin-vitamin A, B1, dan asam
nikotinat. Kandungan asam-asam amino di dalam daging segar (fresh meat) dapat
dilihat pada tabel II.7.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa komposisi asam
amino esensial seperti leusin, lysin, dan valin daging sapi lebih tinggi
dibanding daging babi atau domba. Sedangkan kandungan threoninnya lebihrendah.
Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti letak
posisi daging, umur daging dari hewan pada saat disembelih, lingkungan tempat
hewan dibudidayakan, genetik, spesies, pakan, stess dan faktor keturunan
(breed). Juga dilaporkan bahwa kandungan arginin, valin, metionin, isoleusin,
dan phenilalanin meningkat (relatif terhadap konsentrasi asam amino) sejalan
dengan bertambah-nya umur hewan (Gruhn, 1965, dalam Lawrie, 1991).


Komponen asam-asam amino esensial yang terkandung
dalam daging sangat penting dalam menentukan mutu dari nilai gizi protein. Mutu
protein sangat dipengaruhi atau sangat ditentukan oleh perbandingan asam-asam
amino yang terkandung di dalam protein tersebut. Suatu protein dikatakan
bermutu tinggi apabila menyediakan asam-asam amino esensial dalam suatu
perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia.
2.4.2. Sifat
Fisik-Morfologik Daging
Sifat morfologik daging berkaitan dengan aspek-aspek
bentuk, ukuran, warna, sifat permukaan, dan susunan. Bentuk daging sekaligus
dapat dikaitkan dengan bentuk karkas dan ukurannya. Bentuk karkas sapi misalnya
sangat berbeda dari sisi bentuk dan ukurannya jika dibandingkan dangan karkas
daging ayam. Tampilan bentuk dan ukuran karkas sapi dan ayam dapat dilihat pada.
![]() |
Sifat fisik-morfologik
lain seperti warna daging juga dapat dikaitkan dengan sifat bentuk dan ukuran,
untuk membedakan suatu komoditas. Warna daging sapi secara umum dapat dibedakan
dengan warna daging ayam. Warna daging sapi berwarna merah, sedangkan warna
daging ayam secara umum berwarna putih.
Warna daging dipengaruhi oleh kandungan mioglobin.
Mioglobin merupakan pigmen yang menentukan warna daging segar. Kandungan
mioglobin yang tinggi menyebabkan warna daging lebih merah dibandingkan dengan
daging yang mempunyai kandungan mioglobin rendah.
Kadar mioglobin pada daging berbeda-beda dipengaruhi
oleh spesies, umur, kelamin, dan akitigitas
fisik. Daging dari ternak yang lebih muda lebih cerah dibandingkan warna
daging ternak yang.
lebih tua. Daging dari ternak jantan lebih gelap
dibandingkan daging ternak betina. Struktur kimia mioglobin dapat dilihat pada
Gambar berikut. Struktur mioglobin terdiri atas sebuah gugusan heme dari sebuah
molekul protein globin. Heme dalam mioglobin disebut feroprotoporfirin, karena
terdiri atas sebuah por¿rin yang mengandung satu atom besi (Fe). Protein globin
merupakan sebuah molekul polipeptida yang terdiri atas 150 buah asam amino.

Susunan
daging berkaitan dengan struktur daging. Struktur daging hewan secara umum
terdiri atas komponen: kulit, serat otot daging, tenunan pengikat, tenunan
lemak, pembuluh pembuluh darah, syaraf, tulang dan tulang rawan.longgar dan di
dalamnya terdapat endapan-endapan lemak. Ukuran, sifat dan banyaknya lemak
terdapat dalam lapisan subkutis menentukan ketegangan dan kelembekan kulit
(Hidayat dan Adiati, 1977). Struktur dari kulit
dapat
dilihat pada gambar berikut.

Serat Otot Daging
Daging dibentuk oleh 2 bagian utama yaitu
serat-serat otot berbentuk rambut dan tenunan pengikat. Serat-serat otot daging
di ikat kuat oleh tenunan pengikat dan menghubungkannya dengan tulang. Bentuk
serat-serat otot daging dengan tenunan pengikatnya dapat dilukiskan seperti
pada gambar 2.10.

Otot daging yang terdapat pada hewan ada 3 macam,
yaitu otot daging bergaris melintang, otot daging halus, dan otot jantung yang
mempunyai bentuk khas.
Otot daging melintang terdiri atas sel-sel yang
berbentuk silinder yang disebut serat-serat otot. Setiap sel mengandung
beberapa inti sel yang terletak dekat dengan bagian luarnya. Serat-serat sel
diikat seluruhnya oleh tenunan pengikat yang terdiri atas endomisium,
perimisium, dan epimisium. Endomisium adalah tenunan pengikat yang mengikat
setiap serat-serat otot daging. Perimisium adalah tenunan pengikat yang
mengikat gabungan atau bundel beberapa serat otot. Epimisium adalah tenunan
pengikat yangmenyelimuti seluruh bundel serat-serat otot membentuk otot daging.
Ilustrasi lain dari penampang otot daging tersaji pada gambar berikut.
Bagian-bagian dari serat otot daging secara detail
dapat dilihat dibawah mikroskop. Serat-serat otot daging terlihat berupa
kumpulan serat-serat kecil panjang dengan garis tengah antara 2-3 mikron yang
tersusun sejajar. Serat-serat tersebut dinamakan mio¿bril. Diseluruh bagian
serat-serat mio¿bril terdapat kandungan bahan yang disebut sarkoplasma. Seluruh
serat-serat mio¿bril dibungkus oleh selaput tipis yang disebut sarkolema.
Setiap kelompok serat miofibril yang terbungkus sarkolema, satu sama lain
diikat dengan tenunan pengikat endomisium.


Sel-sel otot daging mengandung campuran kompleks
dari protein, lemak, karbohidrat, garam-garam dan gugusan lainnya. Protein yang
terdapat dalam serat-serat otot daging terdiri atas aktin dan miosin. Komponen karbohidrat dalam daging terdapat
dalam bentuk glikogen.
Tenunan Pengikat
Tenunan pengikat terdiri atas beberapa sel yang agak
besar membentuk serat- serat. Tenunan pengikat bermacam-macam bentuknya, dari
mulai yang tipis dan lunak sampai yang tebal dan kenyal seperti tendon dan ikat
sendi atau ligamen. Tendon adalah tenunan pengikat yang menghubungkan otot
daging dengan struktur lainnya, misalnya tulang.
Karkas
Istilah karkas dibedakan dari daging. Daging adalah
bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas adalah daging yang
belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Karkas juga diartikan sebagai
hewan setelah mengalami pemotongan, pengkulitan, dibersihkan dari jerohan, dan
kaki-kaki bagian bawah juga telah mengalami pemotongan (Syarief H., dan Dradjat
A., 1977). Karkas biasanya juga sudah dipisahkan dari kepala. Menurut FAO/ WHO
(1974) dalam Muchtadi dan Sugiyono, (1992) pengertian karkas lebih diperjelas
lagi yaitu bagian tubuh hewan yang telah disembelih, utuh, atau dibelah
sepanjang tulang belakang, yang hanya kepala, kaki, kulit , organ bagian dalam
(jeroan), dan ekor yang dipisahkan.
Menurut Muchtadi dan Sugiyono, (1992) ada lima tahap
yang harus dilalui untuk memperoleh karkas. Tahap-tahap itu meliputi inspeksi
ante mortem, penyembelihan, penuntasan darah, dressing, dan inspeksi
pascamortem.
Inspeksi ante mortem adalah pemeriksaan penyakit dan
kondisi abnormal ternak sebelum disembelih. Kondisi ¿sik ternak sebelum disembelih harus bebas
dari sakit dan luka, bergizi baik, tidak lapar, tidak stress, cukup istirahat,
serta kulit bersih dan kering.
Tahap berikutnya baru bisa dilaksanakan apabila
hasil dari kegiatan inspeksi ante mortem memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.
Setelah memenuhi persyaratan, hewan kemudian dilakukan penyembelihan.
Penyembelihan dilakukan dengan memotong pembuluh darah, jalan napas, serta
jalan makanan. Penyembelihan yang baik dengan mengkondisikan hewan dalam
keadaan tenang dan dilakukan secepat mungkin. Biasanya penyembelihan dilakukan
di rumah pemotongan hewan (abbatoir) Untuk melakukan penyembelihan secara cepat
dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan misalnya pisau yang cukup tajam.
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan adalah
sanitasi tempat atau lingkungan tempat penyembelihan. Tempat penyembelihan
harus dalam keadan bersih. Kondisi tempat atau lingkungan penyembelihan yang
terjaga kebersihannya, sangat menguntungkan untuk mengurangi kontaminasi
mikroba.
Tahap berikutnya adalah penuntasan darah. Darah dari
rangkaian proses penyembelihan harus semaksimal mungkin dikeluarkan dari
daging, karena darah dapat memicu timbulnya kontaminasi mikroba. Cara
penuntasan darah biasanya dilakukan dengan menggantung hewan yang disembelih
sehingga memudahkan darah menetes ke bawah. Penggantungan setelah tahap
pemotongan juga memudahkan tahap berikutnya (dressing). Ilustrasi penggantungan
hewan setelah penyembelihan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.13. Penggantungan hewan setelah
proses penyembelihan
Tahap berikutnya adalah dressing. Dressing adalah
pemisahan bagian kepala, kulit dan jeroan dari tubuh ternak. Kemudian daging
berikut tulang dari karkas dilakukan pemotongan dengan tujuan diperoleh
potongan-potongan dengan ukuran yang mudah ditangani.
Karkas biasanya dibelah menjadi dua sepanjang garis
tengah tulang punggung. Kemudian belahan-belahan tersebut dipotong lebih lanjut
masingmasing menjadi dua potongan bagian depan (fore quarters) dan dua potongan
belakang yang disebut hind quarters.

Gambar 2.14. Penampang karkas sapi dengan potongan
bagian-bagian daging

Gambar 2.16. Penampang karkas kambing dengan potongan
bagian-bagian daging
Pembagian potongan dan pemberian nama karkas seringkali
berbeda-beda untuk setiap jenis hewan seperti terlihat pada gambar di atas.
Misal pada karkas kambing pada bagian leher dibawah potongan kepala ada bagian yang
diberi nama neak. Sedangkan pada karkas sapi ada bagian yang dekat dengan bagian
leher diberi nama chuck. Masing-masing potongan daging pada karkas tersebut
bermakna karena terkait dengan mutu. Disamping itu masing- masing potongan
mempunyai ciri khas untuk digunakan dalam pengolahan. Potongan-potongan dan
pemberian nama pada karkas tersebut lajim dilakukan di Amerika dan Eropa. Untuk
Indonesia sendiri seringkali mempunyai nama yang berbeda.
2.4.3 Sifat Fisiologi Daging
Sifat ¿siologi daging sangat menarik untuk dipelajari.
Terjadinya fenomenafenomena seperti variasi perubahan tekstur pasca
penyembelihan dan pemotongan perlu dikaji lebih mendalam.
Jika dilakukan pentahapan proses yang didasarkan pada
urutan proses yang terjadi pasca penyembelihan, proses awal yang terjadi pada
daging dikenal dengan istilah pre rigor, kemudian diikuti rigor mortis kemudian
diakhiri dengan post rigor atau pasca rigor.
Hewan setelah disembelih, proses awal yang terjadi pada
daging adalah pre rigor. Setelah hewan mati, metabolisme yang terjadi tidak
lagi sabagai metabolisme aerobik tapi menjadi metabolisme anaerobik karena
tidak terjadi lagi sirkulasi darah ke jaringan otot. Kondisi ini menyebabkan
terbentuknya asam laktat yang semakin lama semakin menumpuk. Akibatnya pH
jaringan otot menjadi turun. Penurunan pH terjadi perlahan-lahan dari keadaan
normal (7,2-7,4) hingga
Mencapai pH akhir sekitar 3,5-5,5. Sementara itu jumlah
ATP dalam jaringan daging masih relatif konstan sehingga pada tahap ini tekstur
daging lentur dan lunak. Jika ditinjau dari kelarutan protein daging pada
larutan garam, daging pada fase prerigor ini mempunyai kualitas yang lebih baik
dibandingkan daging pada fase postrigor. Daging pada fase prerigor. Hal ini
disebabkan pada fase ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam
larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari jaringan (Forrest et al, 1975).
Karakteristik ini sangat baik apabila daging pada fase ini digunakan untuk
pembuatan produk-produk yang membutuhkan sistem emulsi pada tahap proses
pembuatannya. Mengingat pada sistem emulsi dibutuhkan kualitas dan jumlah
protein yang baik untuk berperan sebagai emulsifier.
Tahap selanjutnya yang dikenal sebagai tahap rigor
mortis. Pada tahap ini, terjadi perubahan tekstur pada daging. Jaringan otot
menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Rigor mortis juga sering
disebut sebagai kejang bangkai. Kondisi daging pada fase ini perlu diketahui
kaitannya dengan proses pengolahan. Daging pada fase ini jika dilakukan
pengolahan akan menghasilkan daging olahan yang keras dan alot. Kekerasan
daging selama rigor mortis disebabkan terjadinya perubahan struktur serat-serat
protein. Protein dalam daging yaitu protein aktin dan miosin mengalami crosslinking.
Kekakuan yang terjadi juga dipicu terhentinya respirasi sehingga terjadi
perubahan dalam struktur jaringan otot hewan, serta menurunnya jumlah denosin
triphosphat (ATP) dan kreatin phosphat sebagai penghasil energi (Muchtadi dan
Sugiyono, 1992). Jika penurunan konsentrasi ATP dalam jaringan daging mencapai
1 mikro mol/ gram dan pH mencapai 5,9 maka kondisi tersebut sudah dapat
menyebabkan penurunan kelenturan otot. Pada tingkat ATP dibawah 1 mikro
mol/gram, energi yang dihasilkan tidak mampu mempertahankan fungsi retikulum
sarkoplasma sebagai pompa kalsium, yaitu menjaga konsentrasi ion Ca di sekitar
miofilamen serendah mungkin.
Akibatnya, terjadi pembebasan ionion Ca yang kemudian
berikatan dengan protein troponin. Kondisi ini menyebabkan terjadinya ikatan
elektrostatik antara filamen aktin dan miosin (aktomiosin). Proses ini ditandai
dengan terjadinya pengerutan atau kontraksi serabut otot yang tidak dapat balik
(irreversible). Penurunan kelenturan otot terus berlangsung seiring dengan
semakin sedikit-nya jumlah ATP. Bila konsentrasi ATP lebih kecil dari 0,1 mikro
mol/gram, terjadi proses rigor mortis sempurna. Daging menjadi keras dan kaku.
Keadaan rigor mortis yang menyebabkan karakteristik daging a lot dan keras
memerlukan waktu yang cukup lama sampai kemudian menjadi empuk kembali.
Melunaknya kembali tekstur daging menandakan dimulainya
fasepost rigor atau pascarigor. Melunaknya kembali tekstur daging bukan
diakibatkan oleh pemecahan ikatan aktin dan miosin, akan tetapi akibat
penurunan pH. Pada kondisi pH yang rendah (turun) enzim katepsin akan aktif
mendesintegrasi garis-garis gelap Z pada mio¿lamen, menghilangkan daya adhesi
antara serabut-serabut otot. Enzim katepsin yang bersifat proteolitik, juga
melonggarkan struktur protein serat otot.
Mutu daging dikaitkan dengan aspek konsumsi (the eating
quality of meat) dip engaruhi oleh
beberapa faktor meliputi :
a.
Warna
b.
Water holding
capacity dan Juiciness
c.
Tekstur dan
keempukan
d.
Odor dan Taste
2.5 Komoditas
Hasil Perikanan
2.5.1
Pengertian Komoditas Hasil
Perikanan Komoditas hasil perikanan secara umum adalah
semua sumber perikanan yang diperoleh dari perairan darat maupun laut yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia maupun keperluan lainnya
(Djojosentono dkk., 1982). Merujuk dari pengertian tersebut, yang termasuk ke
dalam hasil perikanan tidak terbatas hanya ikan dengan segala jenisnya, akan
tetapi semua hasil perikanan seperti udang, kepiting, kerang, tripang, cumi-cumi,
rumput laut dan hasil perikanan lainnya dikelompokkan ke dalam komoditas ini.
Hasil-hasil perikanan secara umum dapat diklasi¿kasikan
sebagai berikut :
·
Ikan, contoh :
tuna, bawal, kembung, lemuru
·
Udang, contoh :
udang barong, udang jerbung, udang galah
·
Kerang-kerangan,
contoh : kerang, remis, bukur, simping
·
Rumput laut, contoh
: Echeumas, laminaria
2.5.2
Pengelompokan Ikan
Khususnya ikan dengan segala jenisnya, dapat
dikelompokkan berdasarkan tempat hidup atau habitatnya yaitu: a). Ikan laut b).
Ikan darat dan c) Ikan migrasi.
Ikan laut adalah ikan yang hidup dan berkembang biak di
laut yang airnya berasa asin. Apabila ikan laut ini diangkat dan dimasukkan ke
dalam air tawar, maka ikan tersebut akan mati. Berdasarkan kedalaman laut
dimana ikan dapat hidup dan berkembang biak, maka ikan laut dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu ikan yang dapat berkembang biak di lapisan enpkotik dan
dispatik. Lapisan enpkotik adalah laut dengan kedalaman air dari permukaan
sampai 80 meter, sedangkan dispatik mempunyai kedalaman 80 meter sampai 200
meter yang disebut daerah Pelagium. Ikan yang hidup di lapisan pelagium
dinamakan ikan pelagis, Contoh ikan hering dan tuna. Golongan kedua adalah ikan
yang dapat hidup dan berkembang biak pada kedalaman air dari 200 meter sampai dasar
laut atau disebut dengan lapisan Bethylium, contoh ikan kod .
Ikan darat adalah ikan yang hidup dan berkembang biak di
air tawar, misalnya di sungai, danau, kolam atau rawa. Contohnya adalah ikan
mas, mujair, gurame, tawes, lele, nila dan sebagainya.
Seperti halnya ikan laut, apabila ikan darat dipindahkan
ke laut, maka golongan ikan darat ini akan mengalami kematian juga. Ikan
migrasi adalah golongan ikan yang hidup di laut tetapi bertelur di
sungai-sungai, contoh ikan salem.
Beberapa jenis ikan perlu mendapatkan perhatian karena
racun yang dikandungnya. Racun tersebut biasanya terdapat di bagian kepala atau
isi perutnya, jarang dijumpai racun ikan terkandung di bagian daging. Jenis
ikan beracun tentu saja tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Beberapa jenis
ikan yang tergolong beracun adalah :
a.
Ikan buntek (Globe
Fish)
b.
Beberapa jenis
Mullet (sebangsa belanak)
c.
Baracuda (alu-alu)
d.
Sturgen Fishes
e.
Puffers
f.
Ilisha dan
anggota-anggota dari Tetradontidae seperti Trigger Fish, Sevell Fish dan Ocean
sun ¿sh
2.5.3 Morfologi Ikan
Tinjauan morfologi erat kaitannya dengan bentuk, ukuran,
dan warna. Bentuk beberapa jenis ikan bermacammacam, ada yang berbentuk pipih,
peluru torpedo, panah, bahkan ada yang bentuknya menyerupai ular. Ikan yang
mempunyai bentuk pipih contoh ikan tambak, sedangkan yang berbentuk peluru
torpedo adalah ikan tuna, salem, kod, dan hering. Ikan berbentuk parang contoh
ikan panah, dan yang bentuknya menyerupai ular adalah ikan belut. Contoh
bentuk-bentuk ikan dapat dilihat pada gambar 2.15. Ukuran dari komoditas ikan
sangat beragam dikaitkan dengan kebiasaan atau selera pada saat dikonsumsi.
Jenis ikan yang sama seringkali dipasarkan dengan berbagai ukuran menyesuaikan
keinginan dan selera konsumen. Ikan mas misalnya, ada yang dijual dengan ukuran
kecil untuk tujuan digoreng, sedangkan untuk pepes dibutuhkan ikan mas dengan
ukuran sedang sampai besar. Jenis ikan teri biasanya dihendaki ukuran ikan yang
sangat kecil. Ukuran juga dapat digunakan untuk mengelompokkan ikan berdasarkan
mutunya (grading), contoh udang. Udang dengan ukuran besar harganya juga lebih
mahal dibandingkan dengan udang dengan ukuran sedang maupun kecil.

Sifat morfologi yang berkaitan dengan warna ikan sangat
menarik untuk dipelajari. Berbagai jenis ikan dengan beraneka warna menjadi
kekayaan alam perairan Indonesia yang sudah sepatutnya disyukuri. Warna ikan
bermacam-macam mulai dari hitam, abuabu, kuning, merah, jingga, biru, hijau dan
sebagainya. Beberapa ikan berwana polos hanya mengandung satu warna, sedangkan
yang lainnya ada yang berwarna belang-belang terdiri dari beberapa warna. Warna
ikan pada umumnya selain berfungsi untuk mempercantik diri, juga berfungsi
sebagai pertahanan diri untuk menyamar atau bersembunyi dari serangan musuh.
Sel yang menjadi sumber warna pada ikan disebut kromatofora atau iridosit.
Kromatofora menimbulkan warna-warni pada kulit ikan seperti merah, kuning,
hitam dan sebagainya. Iridosit (disebut juga sel cermin) dapat menimbulkan
sifat pemantulan cahaya yang besar sehingga kulit ikan kelihatan berkilau.
2.5.4 Struktur
Ikan
Struktur ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian utama
yaitu : kepala, badan, dan ekor. Pada masing-masing bagian utama tersebut
didukung oleh struktur yang juga sangat penting. Pada bagian kepala terdapat
insang. Bagian badan ikan melekat kulit, otot daging, dan perut. Bagian perut
terdapat bermacam-macam sirip yang terdiri dari sirip dada, sirip perut, sirip
anus, dan sirip punggung. Bagian ekor terdapat sirip ekor.
Rangka tubuh ikan ditopang oleh tulangtulang dan tulang
rawan yang membujur dari depan ke belakang. Bagian utama rangka adalah tulang
belakang yang terdiri dari berpuluh-puluh tulang belakang. Tulang rusuk ikan
yang tumbuh pada bagian depan tulang belakang berfungsi untuk menjaga bagian
isi perut. Pada beberapa jenis ikan, tulang rusuk ini sangat panjang, tetapi
pada beberapa jenis lainnya sangat pendek. Penampang melintang bagian tulang belakang,
tulg rusuk, daging dan rongga perut dapat dilihat pada gambar 2.18.

2.5.5 Hasil
perikanan bernilai
ekonomis
penting
Beberapa jenis ikan dikelompokkan ke dalam ikan-ikan yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Beberapa pertimbangan yang digunakan antara
lain:
·
Nilai dari
kandungan gizi
·
Nilai jual
Nilai dari kandungan gizi Beberapa jenis ikan mempunyai kandungan
gizi yang tinggi. Kandungan gizi dimaksud adalah : protein, vitamin, karbohidrat,
mineral, minyak dan lain-lain. Ikan-ikan dengan karakteristik kandungan gizi tinggi
memberikan nilai ekonomis yang penting dalam perdagangan. Selain sebagai bahan
mentah, produk-produk yang dihasilkan mempunyai prospek yang tinggi, misalnya
ikan dengan kandungan minyak/lemak tinggi dapat diekstrak komponen gizinya
tersebut untuk diperdagangkan menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi.
Contoh produk yang cukup familiar dari hasil ekstraksi bagian tubuh ikan adalah
minyak hati ikan Kod. Produk ini banyak dikonsumsi oleh anakanak, untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kembangan-nya.
Nilai jual
Pertimbangan ini berkaitan dengan nilai tukar sebagai
bahan atau sebagai produk akhir yang didapat dari hasil penjualan. Pertimbangan
terhadap nilai jual seringkali berlaku untuk ikan-ikan jenis tertentu yang
secara alami tidak mengandung nilai gizi yang tinggi, dengan pertimbangan
memiliki potensi yang cukup tinggi dan menguntungkan apabila diperjual-belikan.
Contoh jenisjenis ikan air tawar yang mempunyai karakteristik ini adalah ikan
mas, gurame, ikan teri, mujair, sepat dan lain-lainnya. Sedangkan dari jenis
ikan laut antara lain: tuna, tenggiri, kakap, bawal, lemuru, cucut, pari,
kembung.
Beberapa contoh ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Rumput laut
(sea weeds)
Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang
penting. Disamping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil
devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya.
Kegunaan rumput laut sangat luas, yaitu : sebagai bahan dasar dalam industri
kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, kue, saus pengalengan
ikan/daging, obat-obatan, manisan, dodol dan sebagainya. Potensi ini juga
didukung besarnya potensi wilayah perairan di Indonesia dan dukungan kebijakan
pemerintah melalui Dirjen Perikanan dan Kelautan yang menggalakkan program
bantuan bagi petani dalam hal teknik budidaya, pengolahan, pemasaran, dan
kerjasama dengan pihak-pihak swasta.

Rumput laut dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae.
Jenis-jenis rumput bernilai ekonomi penting adalah Acantthopeltia, Gracilaria, Gelidella,
Gelidium, Pterrocclaidia (penghasil agar-agar), Chondrus, Eucheuma, Gigartina,
Hypnea, Iriclaea, Phyllophora (penghasil karagenan), Furcellaria, Ascophyllum,
durvillea, Ecklonia, Turbinaria .
2.5.6. Kemunduran Mutu dan Proses
Pembusukan Ikan Komoditas
pangan secara umum mempunyai sifat mudah mengalami kerusakan (perisable).
Demikian juga dengan ikan, ikan secara alami mengandung komponen gizi seperti lemak,
protein , karbohidrat dan air yang sangat disukai oleh mikroba perusak sehingga
ikan sangat mudah mengalami kerusakan bila disimpan pada suhu kamar.
Proses
Kemunduran Mutu
Secara umum ikan diperdagang kan dalam keadaan sudah mati
dan seringkali dalam keadaan masih hidup. Pada kondisi hidup tentu saja ikan
dapat diperdagangkan dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya dalam kondisi
mati ikan akan segera mengalami kemunduran mutu.
Segera setelah ikan mati, maka akan terjadi
perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan.
Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya aktivitas enzim,
kimiawi dan bakteri.
Enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak
bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (Àavor), bau (odor),
rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas kimiawi adalah terjadinya
oksidasi lemak daging oleh oksigen. Oksigen yang terkandung dalam udara
mengoksida lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik (rancid) .
Perubahan yang diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh
terjadinya kerusakan komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim
dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang yang lebih
sederhana. Kondisi ini lebih disukai bakteri sehingga memicu pertumbuhan
bakteri pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu berlangsung
sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling kait mengait, dan bekerja secara
simultan.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka
harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.
Perubahan-perubahan
Ikan Setelah Ikan Mati
• Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari
kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan
bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan.
Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi
khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan
substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
• Rigor Mortis
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan
lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati.
Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang
berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh
enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan sebagai segar.
• Autolysis
Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis.
Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan
disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan
daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan
bakteri.
• Bacterial decomposition (dekomposisi oleh bakteri)
Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang banyak
sekali, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir
bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar. Bakteri menyebabkan
ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan autolisis.
Bakteri adalah jasad renik yang sangat kecil sekali, hanya
dapat dilihat dengan mikroskop yang sangat kuat dan tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah: Pseudomonas, Proteus
Achromobacter, Terratia, dan Elostridium.
Selama ikan masih
dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu. Akan tetapi
jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri-bakteri
tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan tubuh
ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging.
Mengakibatkan ikan menjadi busuk.
Bagian-bagian tubuh ikan yang sering menjadi terget
serangan bakteri adalah :
• Seluruh permukaan tubuh
• Isi perut
• Insang Beberapa hal yang menyebabkan ikan mudah
diserang oleh bakteri adalah sebagai berikut:
• Ikan segar dan kerang-kerangan mengandung lebih banyak
cairan dan sedikit lemak, jika dibanding dengan jenis daging lainnya. Akibatnya
bakteri lebih mudah berkembang biak.
• Struktur daging ikan dan kerangkerangan tidak begitu
sempurna susunannya, dibandingkan jenis daging lainnya. Kondisi ini memudahkan
terjadinya penguraian bakteri.
• Sesudah terjadi peristiwa rigor, ikan segar dan
kerang-kerangan mudah bersifat alkaline/basa. Kondisi ini memberikan lingkungan
yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak.
Kemunduran
mutu ikan oleh pengaruh FIsik
Kemunduran mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik.
Misalkerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan
selama ikan disimpan dipalka. Kerusakan yang dialami ikan secara ¿sik ini disebabkan karena penanganan yang
kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi
lembek. Halhal ini dapat disebabkan karena :
• Ikan berada dalam jaring terlalu lama, misal dalam
jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat enyebabkan kepala
atau ekor menjadi luka atau patah.
• Pemakian ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga
melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
• Penyimpanan dalam palka terlalu lama.
• Penanganan yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil
ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari
palka.
• Daging ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila
kena sinar matahari.
2.5.7
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan
Cara
Penangkapan
Ikan yang ditangkap dengan alat trawl, pole, line, dan
sebagainya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan yang ditangkap
menggunakan gillnet dan longline. Hal
ini dikarenakan pada alat-alat yang pertama, ikan yang tertangkap segera
ditarik di atas dek, sedangkan pada alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap
dan mati dibiarkan terendam agak lama di dalam air. Kondisi ini menyebabkan
keadaan ikan sudah tidak segar sewaktu dinaikkan ke atas dek.
Reaksi Ikan
Menghadapi Kematian
Ikan yang dalam hidupnya bergerak cepat, contoh tongkol,
tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras bila terkena alat
tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati, rigor mortis cepat
terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan ikan cepat membusuk.
Berbeda dengan ikan bawal, ikan jenis ini tidak banyak memberi reaksi terhadap
alat tangkap, bahkan kadang-kadang ia masih hidup ketika dinaikkan ke atas dek.
Jadi masih mempunyai banyak simpanan tenaga. Akibatnya ikan lama memasuki rigor
mortis dan lama pula dalam kondisi ini. Hal ini menyebabkan pembusukan
berlangsung lambat.
Jenis dan
Ukuran Ikan
Kecepatan
pembusukan berbeda pada tiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimia ikan.
Ikan-ikan yang kecil membusuk lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.
Keadaan Fisik
Sebelum Mati
Ikan dengan
kondisi fisik lemah, misal ikan yang
sakit, lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.
Keadaan Cuaca
Keadaan udara yang panas berawan atau hujan, laut yang
banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
2.5.8.
Ciri-ciri Ikan Segar
Penilaian kesegaran mutu ikan dapat dilakukan dengan cara
:
1.
Penilaian secara
organoleptik
2.
Penilaian secara
objektif.
a.
Penilaian
secara laboratories (secara ¿sis,
mikrobiologis).
b.
Penggunaan alat
pengukur kesegaran (freshness tester).
Penilaian mutu secara organoleptik yaitu cara pengujian
mutu yang dilakukan hanya mempergunakan panca-indera. Cara ini sangat sederhana
dan cepat dikerjakan, tetapi tingkat ketelitiannya tergantung dari kepekaan
penguji.
Di laboratorium dapat dilakukan pengamatan dengan cara
lebih seksama tetapi ini memerlukan waktu dan biaya cukup besar. Ciri-ciri ikan
segar dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Persyaratan
mutu sebagai bahan mentah/baku
Sebagai bahan makanan dipersyaratkan, bahwa bahan mentah
yang nantinya akan imakan oleh manusia harus mempunyai mutu, kesegaran dan
kemurnian yang baik. Berdasarkan tingkat
kesegaran ikan, dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan mutu bahan
mentah yaitu:
·
Ikan dengan mutu
terbaik (paling segar) , pada umumnya dijual dan dimasak dalam keadaan segar.
·
Ikan dengan mutu
sedang, pada umumnya diolah sebaga bentuk produk akhir yang siap untuk dijual.
·
Ikan dengan mutu
paling bawah (BSbelow standar), pada umumnya diolah juga sebagai bentuk akhir
yang sederhana (terasi, tepung ikan dan sebaginya).
2.6 Telur
Telur termasuk makanan paling populer, hal ini dikarenakan
telur bergizi tinggi, telur dapat diolah menjadi berbagai masakan. Merupakan
salah satu sumber protein hewani, telur mengandung hampir semua zat makanan
yang diperlukan oleh tubuh dengan rasa yang enak, mudah dicerna, harga relatif
murah dibandingkan sumber hewani lainnya sehingga banyak disukai oleh
masyarakat.
Di Indonesia, telur ayam dikelompokkan menjadi dua yaitu,
telur ayam negeri dan telur ayam kampung. Telur ayam kampung memiliki ukuran
lebih kecil, tetapi warna kuningnya lebih cerah. Masyarakat lebih menyukai
telur ayam kampung dibandingkan telur ayam negeri, baik sebagai masakan maupun
bahan kue.
Pada telur seringkali mengandung bakteri Salmonella,
terutama pada bagian putih telur. Selama telur dalam kondisi utuh, bakteri ini
tidak dapat berkembang. Karena nutrisi pada putih telur tidak mencukupi. Akan
tetapi ketika membran dari putih telur mulai melemah, maka bakteri Salmonella dapat menembus membran kuning
telur.
Kandungan nutrisi pada kuning telur tinggi, sehingga
Salmonella mampu memperbanyak diri. Pada suhu penyimpanan telur yang relatif
hangat maka Salmonella akan lebih cepat berkembang

200.000
Pada telur retak, telur yang disimpan lama, telur dalam
kondisi kotor (banyak kotoran ayam), maka telur tersebut akan lebih mudah
tercemar oleh
bakteri Salmonella. Telur yang terkontaminasi oleh
bakteri patogen beresiko menyebabkan penyakit. Di Amerika diperkirakan kemungkinan
jumlah telur yang terkontaminasi oleh
Salmonella hanya 0,005% (1 dari 20.000 telur), namun
demikian meskipun peluang
terkontaminasi kecil, pemerintah Amerika menganjurkan
untuk memasak telur dengan baik untuk memastikan keamanan konsumen. Proses
pemasakan yang benar dapat membunuh bakteri Salmonella.
Telur yang disimpan pada suhu 30OC selama 6 jam, apabila
Salmonella mampu menembus membran kuning telur, maka jumlah Salmonella pada
telur tersebut dapat mencapai lebih dari 200.000. Mengingat bakteri Salmonella
dapat berada pada telur yang masih segar dan dapat menyebabkan penyakit yang
serius pada manusia maka perlu adanya penanganan dan sistem tranportasi telur
yang baik dan benar.
2.6.1
Morfologi Bagian-bagian Telur
Bentuk telur bermacam-macam mulai dari hampir bulat
sampai lonjong. Perbedaan bentuk ini umumnya disebabkan karena berbagai faktor,
terutama yang berhubungan dengan induknya. Faktor-faktor tersebut adalah sifat
turun-temurun (genetis), umur ayam pada saat bertelur dan sifat-sifat fisikologis
di dalam tubuh induknya.
Bagian-bagian dari telur dapat dilihat pada gambar 2.22
berikut ini. Kualitas dari telur sangat menentukan kesegaran telur, dan
keamanan pangan, karena pada telur yang rusak ada kemungkinan sudah tercemar
olah bakteri Salmonella.

Kulit telur sekitar 95,1 % terdiri dari garam-garam
anorganik, 3,3 % bahan organik terutama protein dan 1,6 % sisanya adalah air.
Bahan-bahan anorganik yang membentuk kulit telur adalah kalsium (Ca), magnesium
(Mg), fosfor (P), besi (Fe), dan belerang (S).
Protein yang membentuk kulit telur terdiri dari
serat-serat yang menyerupai kolagen pada tulang rawan. Pada lapisan membran,
proteinnya membentuk musin dan keratin.
Putih telur mengandung air, protein, karbohidrat dan
mineral. Protein terdiri dari lima bentuk yang berbeda-beda, yaitu : ovalbumin,
ovomukoid, ovomusin, ovokonalmubin dan ovoglobumin. Ovalbumin paling banyak
terdapat pada bagian putih telur, yaitu sekitar 75 %. Karbohidrat terdapat
dalam jumlah sedikit, terdapat dalam bentuk manosa dan galaktosa.
Bagian kuning telur mengandung komposisi bahan lebih
lengkap daripada putih telur, yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, mineral
dan vitamin. Protein kuning telur terdiri dari dua macam yaitu ovovitelin dan ovolitelin
dengan perbandingan antara 4:1. Ovovitelin merupakan protein yang mengandung
fosfor, sedangkan ovolitelin sedikit mengandung fosfor tetapi banyak mengandung
belerang.
Lemak pada telur umumnya terletak dalam bagian kuning
telur, yaitu kira-kira sebanyak 99 %. Lemak dalam kuning telur terdiri dari
trigliserida, fosfolipid, strerol dan serebrosida. Kebanyakan asam-asam
lemaknya terdiri dari asam palmitat, oleat dan linoleat.
Karbohidrat pada kuning telur terdapat dalam bentuk
glukosa, galaktosa, polisakarida dan glikogen.2.6.2 Kualitas Telur Pada
pembuatan kue, semakin segar telur yang digunakan maka pengembangan adonan
makin baik. Karena itu pilih telur yang masih segar. Sulit untuk mengetahui
usia telur di Supermarket atau di toko hanya dengan mengamati secara langsung.
Karena warna kulit telur tidak menentukan kualitas telur.
Untuk mengetahui tingkat kesegaran telur, dapat dilakukan
dengan cara berikut ini:
·
Sediakan gelas
transparan denga dasar gelas bergaris tengah agak lebar. Isilah gelas dengan
air secukupnya. Masukkan telur ke
dalamnya, amati posisi telur setelah sampai di dasar.
·
Bila posisi telur
terbaring sempurna di dasar gelas (tenggelam), makamenunjukkan bahwa usia telur
sangat baru (gambar 2.24 A).
·
Bila sebagian telur
berdiri (melayang), menunjukkan telur sudah agak lama(diperkirakan umur satu
minggu (gambar 2.24B).
·
Bila telur berdiri
tegak (mengapung), menunjukkan umur telur sudah lama (antara 2-3 minggu)
seperti pada gambar 2.24C.

Gambar 2.25. Cara mendeteksi
kesegaran telur (utuh)
Selain dengan cara diatas, untuk mengetahui kesegaran
telur dapat juga dilakukan dengan cara meneropong menggunakan sinar matahari
atau lampu. Peneropongan ini juga dapat Membedakan telur retak atau telur yang mengandung
bahan lain di bagian dalam, seperti noda yang menyerupai darah.Teknik
meneropong telur dengan menggunakan lampu dapat dilihat pada gambar 2.25. Untuk
meneropong telur, maka bagian ujung telur yang lebih besar ditempelkan pada
lampu, karena rongga udara telur terletak pada bagian tersebut. Pada saat meneropong
telur akan terlihat bagian dari: rongga udara telur, putih telur dan kuning
telurnya.
Usia telur juga bisa dilihat bila kita memecahkan telur
di atas piring, seperti pada gambar 2.26, kemudian amati:
·
Telur yang masih
baru, bila dipecahkan, bagian putihnya terlihat masih kental (gambar 2.26A).
·
Telur dengan usia
satu minggu, bagian putihnya lebih melebar (gambar 2.26B).
·
Telur berusia 2-3
minggu bagian putihnya jauh lebih luas lagi, karena makin tua usia telur makin
encer.
Untuk mengetahui kondisi telur retak atau tidak, dengan
mengamati ada atau tidaknya garis putih pada permukaan kulit telur. Bila ada
garis putih, maka menunjukkan bahwa telur tersebut retak. Mutu telur selain
ditentukan oleh tingkat kesegarannya, juga ditentukan berdasarkan pengelompokan
berdasarkan ukuran telur (grading). Menurut USDA, grading telur juga bisa didasarkan
pada kedalaman rongga udara telur. Makin kecil kedalaman rongga udara maka
kualitas telur makin baik. Berikut ini adalah kualitas telur berdasarkan
kedalaman rongga udara:
·
Kualitas AA dengan
kedalaman rongga udara 1/8 inch
·
Kualitas A dengan
kedalaman rongga udara 3/16 inch
·
Kualitas B dengan
kedalaman rongga udara lebih dari 3/16 inch
Beberapa negara menerapkan grading telur berdasarkan ukurannya.
Ukuran telur yang umum adalah medium, besar (large), dan sangat besar (extra large),
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.28. Beberapa faktor yang mempengaruhi
grading telur, yaitu:
·
Umur ayam
·
Bibit ayam
·
Berat ayam
·
Nutrisi dari ransum
ayam
·
Kondisi lingkungan
Standar yang digunakan untuk mengklasi¿kasikan ukuran
telur oleh USDA merupakan berat bersih dari telur ayam (dalam ons/lusin)
sebagai berikut:
• 1 lusin telur ukuran medium = 21 ons
• 1 lusin telur ukuran besar = 24 ons
• 1 lusin telur ukuran extra large = 27 ons
2.7.5.2 Padi
(Oryza sativa)
Padi merupakan komoditas hasil pertanian yang diperoleh
dari tanaman padi (Oryza sativa). Padi setelah melalui beberapa proses
penanganan dan pengolahan menghasilkan nasi yang merupakan makanan pokok
sebagian besar penduduk Indonesia.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis padi dengan
karakterisistik fisik yang berbeda.
Jenis padi tersebut seperti: padi bulu, padi gundil, dan padi cere. Jenis padi
bulu ditandai dengan butir gabahnya berbulu dan berekor, padi gundil jika
gabahnya berekor pendek, sedangkan padi cere jika gabahnya tidak berbulu atau
berekor. Sifat lain berkaitan dengan kemudahan rontok, juga berbeda dari
jenis-jenis padi tersebut. Padi jenis cere misalnya, gabahnya mempunyai sifat mudah
sekali rontok. Sebaliknya gabah dari jenis padi bulu tidak mudah rontok. Perbedaan
karakteristik fisik jenis padi tersebut
pada umumnya memberikan kualitas rasa nasi yang berbeda. Padi bulu jika dimasak
relatif menghasilkan rasa nasi yang paling enak (Jawa: pulen), sehingga jenis
padi ini harganyapun juga relatif paling tinggi. Padi gundil menghasilkan rasa
nasi sedang, harganya pun juga relatif sedang. Sedangkan jenis padi cere
menghasilkan nasi yang relatif kurang enak. Jenis padi ini harganya juga paling
murah. Kualitas nasi yang dihasilkan berkaitan dengan ratio fraksi amilosa dan
amilopektin yang terkandung di dalam pati padi. Secara umum semakin tinggi
fraksi amilopektin, akan menghasilkan kualitas nasi yang semakin enak (pulen).
Jenis-jenis beras yang banyak dikenal masyarakat cukup banyak antara lain:
pandan wangi, rojo lele, IR dan sebagainya.
Kondisi saat ini dimana banyak masyarakat miskin sulit
memenuhi kebutuhan hidupnya, pemerintah mempunyai kebijakan pengadaan beras
miskin (raskin). Beras miskin diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu
dengan harga jual sangat murah.
Bentuk dan ukuran butir gabah berbeda-beda untuk tiap
varietas padi. Butir beras berwarna putih kelam, kecoklat-coklatan, merah
bahkan ada yang kehitaman terutama pada beras ketan. Istilah umum yang dikenal
di masyarakat ada yang memberi istilah beras merah, beras ketan putih, beras ketan
hitam dan sebagainya.
Perbedaan antara beras dengan beras ketan secara fisik adalah kelengketannya. Beras ketan
mempunyai karakteristik lebih lengket dibanding beras biasa. Sifat lengket
tersebut dipengaruhi oleh ratio fraksi amilopektin yang tinggi disbanding beras
biasa.
Proses
Pemanenan dan Pasca Panen Padi
Umur tanaman padi untuk bisa dipanen memiliki kisaran
bervariasi. Ada yang berumur 110-120 hari sudah bisa dipanen, ada pula yang
berumur cukup sampai 5-6 bulan baru bisa dipanen. Padi yang berumur panjang
biasanya merupakan jenis padi yang menghasilkan nasi lebih pulen. Contoh padi
jenis ini misalnya pandan wangi yang bisanya ditanaman daerah Cianjur.
Pemanenan padi saat ini biasanya menggunakan sabit untuk mempermudah dan
mempercepat waktu. Jaman dulu pemanenan menggunakan alat yang disebut ani-ani.
Alat ini memotong tangkai padi dan biasanya membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan dengan sabit.
Hasil panen padi biasanya tidak seluruhnya berisi, ada
butir padi yang disebut gabah hampa karena tidak berisi atau berisi sebagian.
Kadar air padi yang baru saja dipanen sekitar 28%. Jika sudah mengalami
pengeringan menjadi sekitar 14%. Pengeringan padi dapat memanfaatkan sinar
matahari atau menggunakan bantuan alat pengering.
Setelah mencapai
kadar air yang diinginkan gabah kemudian
digiling untuk mendapatan beras. Seringkali dibutuhkan proses penyosohan untuk meningkatkan
warna putih gabah. Resiko beras hasil penyosohan, kandungan vitamin B dapat
menurun. Kita ketahui lapisan yang menyelimuti beras (bekatul: jawa) kaya akan
kandungan vitamin B. Saat ini produk bekatul banyak diperjual belikan sebagai
produk yang dikenal kaya akan vitamin B. Sisa penggilingan padi yang berupa
gabah, akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk campuran media tanam tanaman
hias.
Langganan:
Postingan (Atom)